SEJARAH PENINGGALAN BUGIS DI ISTANA LUWU
OLEH:
AGUS MUGARI SALUSU
1701414015
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
COKROAMINOTO PALOPO
2019
A . Istana Datu
Luwu Datu Luwu Palace
Istana
Luwu berlokasi
di tengah Kota Palopo, Pusat Kerajaan Luwu (sekarang salah satu kota kelas menengah di
Provinsi Sulawesi Selatan).
Dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda sekitar
tahun 1920-an di
atas tanah bekas “Saoraja” Istana sebelumnya terbuat dari kayu konon,bertiang 88 buah yang diratakan dengan
tanah oleh Pemerintah Belanda.
Bangunan
permanen ini dibangun dengan arsitektur Eropa,
oleh Pemerintah Kolonial Belanda dimaksudkan
untuk mengambil hati Penguasa Kerajaan Luwu tetapi oleh kebanyakan bangsawan Luwu dianggap sebagai cara untuk menghilangkan
jejak sejarah Kerajaan Luwu sebagai Kerajaan'ang dihormati dan disegani
kerajaan-kerajaan lain di jazirah Sulawesi seara
khusus dan Nusantara
secara umum.
Istana luwu menjadi pusat pengendalian wilayah Kesultanan
Luwu yang luas oleh penguasa kerajaan yang bergelar Datu dan atau Pajung. Di
Kerajaan Luwu tedapat 2 sastra Penguasa/ Raja yaitu Datu kemudian di tingkat
lebih tinggi Pajung. Di dekat istana luwu terdapat pula Masjid jami yang
usianya sangat tua dan keseluruhan dindingnya tersebut oleh batu yang di susun.
Di dalam kawasan istana luwu terdapat Rumah Adat Langkanae’, monumen Toddopuli
Tammallara (simbol perjuangan rakyat luwu melawan penjajah) dan museum Batara
Guru yang juga disebut museum Lagaligo.
B. Rumah Adat LangkanaE’
Replika istana langkanaE’ ini atau
sering juga disebut rumah adat langkanaE’ merupakan saksi kejayaan dari
kerajaan Luwu pada masa lalu. Terdapat beberpa bangunan gedung bersejarah yang
mermiliki histori di sekielilingnya. Bila kita mencoba untuk masuk kedalam
istana langkanae’ tersebut, parah pengunjung lebih dulu harus melepas alas
kaki. Bangunan istana yang di bagun pada
tahun 1920ini, masih tetap kokoh yang dibagun dari kayu tanpa adanya material besi bagai penopang. Di dalamnya terdapat
ruangan besar yang kira-kira bisa menampung orang. Ruangan tersebut kerap d
ijadikan sebagai tempat Tudang Sipulung untuk membicarakan masalah kerjaan dan
rakyat. Di tengah-tengah bangunan ada 2 kamar luas yang diyakini sebagai tempat
istirahat dari datu dan raja. Sedangkan di belakang bangunan ada 2 kamar luas
yang diyakini sebagai tempat istirahat dari datu dan raja. Sedangkan di
belakang bangunan ada 2 kamar yang ukuranya kecil.
C. Museum Batara Guru
Museum Batara Guru diresmikan pada tanggal 26
juli 1971 oleh Bupati Luwu saat itu, Andi Achmad. Beliau adalah salah seorang
ahli waris dari Raja Luwu. Tujuan didirikannya museum ini adalah untuk
melestarikan warisan budaya Kerajaan Luwu agar dapat diwariskan pada generasi
berikutnya. Gedung museum Batara Guru yang didirikan pada tahun 1920 ini
merupakan bekas Istana raja Luwu.
Museum
Batara Guru mempunyai koleksi sebanyak 831 buah yang terdiri dari koleksi
prasejarah, heraldika, keramik, etnografi, naskah, numismatik, dan foto.
Alamat
Museum di Jalan Andi Jemma No. 1 kelurahan batu pasi,
kacamatan wara utara, kabupaten luwu, palopo, Sulawesi selatan.
D. Benda Pusaka Di Istana Kedatuan Luwu
Di dalam Istana Kedatuan Luwu
terdapat berbagai benda pusaka. Di antaranya, terpajang dalam lemari kaca,
sertifikat Pahlawan Nasional RI bagi (almarhum) Andi Jemma ditanda tangani Presiden Megawati
Soekarnoputri pada 2004.
Ada boneka sepasang manekin berpakaian pengantin ala Luwu.
Pelaminan khas adat setempat. Silsilah 23 generasi Pajung-e ri Luwu atau pohon
famili dari raja-raja Kedatuan Luwu. Juga terpampang legenda Batara Guru. Tersimpan beragam senjata pusaka
berupa keris. Di dalam lemari kaca, terpajang piring antik, alat musik kecapi,
guci, keramik, dan bosara’ (wadah penyimpan panganan tradisional). Susunan
raja-raja Kedatuan Luwu turut menghiasi dinding.
Sayangnya, lantaran dukungan dana operasional yang minim, terselip debu membekap benda-benda pusaka Istana Kedatuan Luwu. Sehelai kemeja busana adat bahkan robek dan compang-camping.
Sayangnya, lantaran dukungan dana operasional yang minim, terselip debu membekap benda-benda pusaka Istana Kedatuan Luwu. Sehelai kemeja busana adat bahkan robek dan compang-camping.
Anda
datang ketika Opu Raja tidak ada di tempat, kalau beliau ada mungkin dapat
menjelaskan segala-sesuatunya dengan lebih baik,” tutur Andi Amir.
Setelah
puas berkeliling melihat-lihat peninggalan benda-benda pusaka, okezone
mencari-cari namun tidak menemukan adanya tulisan beraksara Lontarak yang
menceritakan epik terkenal dari Sulawesi, I La Galigo. Tidak setiap hari istana ini dibuka
untuk umum. Kecuali ada perlakuan khusus bila Anda merupakan keluarga Opu
Raja,” tuntas Amir, yang akhirnya diberitahu yang datang berkunjung adalah
kemenakan Opu Raja sendiri.