Senin, 14 Januari 2019

sejarah peninggalan bugis di istana luwu


SEJARAH PENINGGALAN BUGIS DI ISTANA LUWU






OLEH:

AGUS MUGARI SALUSU
   1701414015
                        



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2019



A . Istana Datu  Luwu Datu  Luwu  Palace
 
       

Istana Luwu berlokasi di tengah Kota Palopo, Pusat Kerajaan Luwu (sekarang salah satu kota kelas menengah di Provinsi Sulawesi Selatan). Dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda sekitar tahun 1920-an di atas tanah bekas Saoraja” Istana sebelumnya terbuat dari kayu konon,bertiang  88 buah yang diratakan dengan tanah oleh Pemerintah Belanda.
Bangunan permanen ini dibangun dengan arsitektur Eropa, oleh Pemerintah Kolonial Belanda dimaksudkan untuk mengambil hati Penguasa Kerajaan Luwu tetapi oleh kebanyakan bangsawan Luwu dianggap sebagai cara untuk menghilangkan jejak sejarah Kerajaan Luwu sebagai Kerajaan'ang dihormati dan disegani kerajaan-kerajaan lain di jazirah Sulawesi seara khusus dan Nusantara secara umum.
Istana luwu menjadi pusat pengendalian wilayah Kesultanan Luwu yang luas oleh penguasa kerajaan yang bergelar Datu dan atau Pajung. Di Kerajaan Luwu tedapat 2 sastra Penguasa/ Raja yaitu Datu kemudian di tingkat lebih tinggi Pajung. Di dekat istana luwu terdapat pula Masjid jami yang usianya sangat tua dan keseluruhan dindingnya tersebut oleh batu yang di susun. Di dalam kawasan istana luwu terdapat Rumah Adat Langkanae’, monumen Toddopuli Tammallara (simbol perjuangan rakyat luwu melawan penjajah) dan museum Batara Guru yang juga disebut museum Lagaligo.
B. Rumah Adat LangkanaE’



            Replika istana langkanaE’ ini atau sering juga disebut rumah adat langkanaE’ merupakan saksi kejayaan dari kerajaan Luwu pada masa lalu. Terdapat beberpa bangunan gedung bersejarah yang mermiliki histori di sekielilingnya. Bila kita mencoba untuk masuk kedalam istana langkanae’ tersebut, parah pengunjung lebih dulu harus melepas alas kaki. Bangunan istana yang  di bagun pada tahun 1920ini, masih tetap kokoh yang dibagun dari kayu tanpa adanya material  besi bagai penopang. Di dalamnya terdapat ruangan besar yang kira-kira bisa menampung orang. Ruangan tersebut kerap d ijadikan sebagai tempat Tudang Sipulung untuk membicarakan masalah kerjaan dan rakyat. Di tengah-tengah bangunan ada 2 kamar luas yang diyakini sebagai tempat istirahat dari datu dan raja. Sedangkan di belakang bangunan ada 2 kamar luas yang diyakini sebagai tempat istirahat dari datu dan raja. Sedangkan di belakang bangunan ada 2 kamar yang ukuranya kecil.
C. Museum Batara Guru
            Museum Batara Guru diresmikan pada tanggal 26 juli 1971 oleh Bupati Luwu saat itu, Andi Achmad. Beliau adalah salah seorang ahli waris dari Raja Luwu. Tujuan didirikannya museum ini adalah untuk melestarikan warisan budaya Kerajaan Luwu agar dapat diwariskan pada generasi berikutnya. Gedung museum Batara Guru yang didirikan pada tahun 1920 ini merupakan bekas Istana raja Luwu.
     Museum Batara Guru mempunyai koleksi sebanyak 831 buah yang terdiri dari koleksi prasejarah, heraldika, keramik, etnografi, naskah, numismatik, dan foto.
Alamat Museum di Jalan Andi Jemma No. 1 kelurahan batu pasi, kacamatan wara utara, kabupaten luwu, palopo, Sulawesi selatan.

D. Benda Pusaka Di Istana Kedatuan Luwu
            Di dalam Istana Kedatuan Luwu terdapat berbagai benda pusaka. Di antaranya, terpajang dalam lemari kaca, sertifikat Pahlawan Nasional RI bagi (almarhum) Andi Jemma ditanda tangani Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2004.
Ada boneka sepasang manekin berpakaian pengantin ala Luwu. Pelaminan khas adat setempat. Silsilah 23 generasi Pajung-e ri Luwu atau pohon famili dari raja-raja Kedatuan Luwu. Juga terpampang legenda Batara Guru. Tersimpan beragam senjata pusaka berupa keris. Di dalam lemari kaca, terpajang piring antik, alat musik kecapi, guci, keramik, dan bosara’ (wadah penyimpan panganan tradisional). Susunan raja-raja Kedatuan Luwu turut menghiasi dinding.
         Sayangnya, lantaran dukungan dana operasional yang minim, terselip debu membekap benda-benda pusaka Istana Kedatuan Luwu. Sehelai kemeja busana adat bahkan robek dan compang-camping.
Anda datang ketika Opu Raja tidak ada di tempat, kalau beliau ada mungkin dapat menjelaskan segala-sesuatunya dengan lebih baik,” tutur Andi Amir.
Setelah puas berkeliling melihat-lihat peninggalan benda-benda pusaka, okezone mencari-cari namun tidak menemukan adanya tulisan beraksara Lontarak yang menceritakan epik terkenal dari Sulawesi, I La Galigo. Tidak setiap hari istana ini dibuka untuk umum. Kecuali ada perlakuan khusus bila Anda merupakan keluarga Opu Raja,” tuntas Amir, yang akhirnya diberitahu yang datang berkunjung adalah kemenakan Opu Raja sendiri.